Kamis, 26 September 2019

Perjuangan Menjadi Mahasiswa Tugas Belajar


Halooo guys, semoga hari ini memberikan kesan manis untuk kita semua, semanis melihat senyum si dia, hehe

Baiklah untuk kali ini, admin ingin cerita tentang bagaimana perjuangan menjadi Mahasiswa Tugas Belajar (Tubel). Admin jelasin dulu ya ; apa sih sebenarnya arti Mahasiswa Tugas Belajar itu? Yup, Mahasiswa Tugas Belajar itu, identik sebagai Mahasiswa yang sudah bekerja sebagai ASN, namun ingin melanjutkan kuliah lagi, baik itu lanjut D3, D4, maupun S2.

Tugas Belajar atau yang biasa disingkat menjadi TUBEL, ada juga yang mengatakan mahasiswa AP (Alih Program).

Jadi mahasiswa tubel enak loh, karena sewaktu kuliah masih mendapatkan gaji tanpa harus bekerja. Yaudah, kan namanya Tugas Belajar, ya tugasnya belajar aja. Bahkan ada yang bilang TUBEL itu singkatan dari “Tukang Belajar”.

Oke, cukup penjelasan singkatnya. Langsung aja ke cerita perjuangan menjadi Mahasiswa TUBEL. Cekidot.

Jadikan gini, tahun 2018 itu aku udah niat kali/banget pengen lanjutkan kuliah dari D1 ke D3, sampai ikut bimbingan belajar di Medan, Try out tiap seminggu sekali. Padahal jarak dari tempat kerjaku ke bimbel itu 536 kilometer (Bagansiapiapi-Medan) atau sekitar 12 jam perjalanan naik bus. tapi ya mau gimana lagi, kalau udah niat, langsung gas ajalah!

Hari demi haripun berlalu, try out demi try out pun terselesaikan. Disaat itulah aku berpikir “ternyata bekerja bisa membuat hilang ingatan terkait pelajaran TPA dan TBI ini ya, mungkin karena udah enak kerja, malas belajar? apa gimana” 😅

Tapi semua itu berubah ketika melihat teman-temanku yang semangat untuk lanjut D3K, teman seperjuangan ketika belajar bersama, membahas soal bersama seperti Darius Panggabean, Muhammad Iqbal Hsb, Ahmad Martua, Alifenda Siregar, Zulpin, Ali Ansor dan Muhammad Bayu Aji. Kami pun membuat grup yang bernama “Sahabat Hijrahku”.

Karena mereka semangat belajar, pengaruh positif itu menghampiriku. Benar kata orang “kalau mau jadi harum, bertemanlah dengan penjual parfum”. setelah berjuang 2 bulan lebih, nasib-lah yang menentukan perjuangan di tahun 2018 ini. Dari semua anggota grup sahabat hijrahku; hanya aku, Bayu dan Zulpin yang tidak keterima di Kampus PKN STAN. Namaku bukan dari bagian mereka yang keterima sebagai Mahasiswa Tugas Belajar 2018. Mereka melanjutkan kuliah, sementara kami tertinggal dan harus tetap bekerja di kantor.

Akupun berpikir, "kenapa ya kok aku gak keterima? Kan belajarnya bareng, bahas soal juga bareng". Tapi yaudah, seiring berjalannya waktu semua itu harus kulupakan, toh kalau disesali emang bisa merubah keadaan. Kan enggak cuy.

Disisi lain, karena faktor umur, kesempatanku untuk menjadi mahasiswa Tubel hanya bisa 2 kali tes saja. Tes pertama udah gagal, dan tahun 2019 inilah menjadi tes terakhirku. Di tes kedua ini aku bener-bener gak ada ikut bimbel lagi, gak ada bahas soal, gak ada ikut try out. Fix lah, cuma mengandalkan nasib aja. Karena luka tahun 2018 masih terasa wkwk.

H-3 tes pun aku masih tetap ga ada persiapan, sampai temanku bernama Wahyu Permana yang memaksaku untuk belajar, disisi lain ada si Ade Mazdandy yang menjadi bayangan kalau jebolan D3 itu enak, dia udah diangkat fungsional aja, aku gak bisa gini-gini aja. 

Fix, yaudah, aku belajar 1 paket soal. walau hanya satu paket soal asli SPMB PKN STAN tahun 2018, tapi serius ku bahas detail permateri yang ada.

Memang kalau rezeki ga bakalan kemana, nasib baik menghampiriku. Namaku tercantum di bagian nama-nama mahasiswa yang lulus tahap 1 untuk melanjutkan ke tes tahap 2 (psikotes). Alhamdulillah, metode nothing to lose menjadi penenangku dalam menghadapi tes. Seminggu setelah itu, langsung lanjut tes psikotes,  bayangin aja tesnya dari jam 8 pagi hingga jam 3 sore, tanpa istirahat makan siang (yang tes lokasi Medan). 

Saran admin nih ya, sebelum hadapi tes psikotes kalian harus tidur malam lebih awal, paginya sarapan nasi ya, jangan gak sarapan. intinya ga usah panik, santuy aja. (jujur aja, tes gambar pohonku terlihat buru-buru karena panik gak bawa papan ujian, tes pauli gak nambah kertas). Udah ga yakin lah bakalan bisa keterima, jadi insecure....



Dan akhirnya, dua bulan kemudian, sembari menunggu pengumuman tahap akhir, dihari H tersebut, aku panik, harap-harap cemas, mikirin terus hasil tes psikotes, dan berujung berserah diri sehari full di Musholla Al-Ikhlas KPP Pratama Dumai. 

Memang benar, tes psikotes itu bukan melihat benar atau salah jawaban kita, bagus, atau jelek gambar kita. Tapi, kriteria yang dibutuhkan kampus itu yang seperti apa.

"Pucuk dicinta ulam pun tiba" waktu yang dinantipun tiba, pengumuman Mahasiswa Alih Program sudah disebarkan. Teman sekantor dan para seniorpun tiba-tiba ucapin selamat, selamat dan selamat. Alhamdulillah.

Hal lain yang nambah bahagia, yaitu kami seangkatan (DJP 201512 KPP 212) keterima semua. Yang awalnya kami dipertemukan ber-empat di KPP Pratama Dumai, dipisah dan kuliah juga bersama. 

Dedy Chrisdian Lumbantobing, Melkisedek Arifraplisi Hia dan Admin keterima di Jurusan Akuntansi Alih Program, dan Swedio Frans Tedy di Jurusan Penilai/PBB.

Alhamdulillah sekarang Admin sudah berada di kampus ini, kampus Ali Wardhana. Menjadi Mahasiswa Tugas Belajar tahun 2019 Politeknik Keuangan Negara STAN
,bergabung bersama mereka yang pintar dan jenius, maupun bernasib baik sama sepertiku. 

Untuk teman-teman yang akan menghadapi tes tahun 2021 ataupun 2022, "Yakinlah Rezekimu tidak akan diambil orang lain, begitu juga rezeki orang lain, tak akan bisa kau ambil"




Pertama, ini adalah sesuatu yang bersifat duniawi
Kedua, tugas kita hanya berusaha. Hasil serahkan pada Allah SWT.
Jika kau gagal, ini bukan AKHIR DARI SEGALANYA

Darius Panggabean
 (Ketua BLM PKN STAN 2019)